Gaya komunikasi politisi 2014

Posted: December 26, 2013 in Jelajah

Beberapa bulan lagi tepatnya 9 April 2014 bangsa ini akan menyelenggarakan hajatan besar politik. Memilih calon anggota legislatif untuk duduk sebagai ‘pemilik’ kursi parlemen mendatang. Hajatan ini diharapkan menjadi suka cita bagi seluruh warga negara Indonesia, tak terkecuali Anda.

Bertepatan sudah tiga bulan tinggal di Depok, salah satu kota penyangga Jakarta. Saya mengharapkan perbedaan suasana kehidupan yang lebih asri dan indah, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk perkotaan yang semakin lama membuat kita jenuh.

Selayang memandang dari salah satu sudut kota Depok, hiruk pikuk suasana menjelang pemilu 2014 mulai terasa. Yang sangat terasa adalah bertebarannya alat-alat promosi di seantero sudut kota ini.

Tempat tinggal saya merupakan daerah perkampungan dan mulai didirikan beberapa perumahan-perumahan baru, salah satunya rumah yang saya tempati. Baru tahun ini ada trayek angkutan masuk, itu pun dengan frekuensi yang minim karena belum banyaknya penumpang. Kondisi jalan yang demikian ternyata tidak mengurangi antusiasme para politikus untuk menebar pesona dengan memasang berbagai macam alat promosi (kampanye-red).

Jujur ya…. saya sebagai pengguna jalan atau warga yang sering melalui jalan tersebut… merasa jenggah dengan gaya komunikasi tersebut. Ada beberapa alasan logis, menurut saya yang saya merasa tidak simpati dengan cara tersebut:

1. Merusak pandangan mata, betapa menyakitkan melihat pohon-pohon, tiang listrik dan tembok-tembok menjadi korban pemasangan alat promosi tersebut.

2. Tidak tahu aturan, sangat penting diketahui bahwa setiap alat promosi ternyata memliki keharusan membayar pajak atau minimal memiliki tempat yang harus dipatuhi. Tidak asal pasang dan tempel,  saya memahami itu sebagai jati diri pemasang alat promosi tersebut.

3. Sampah, dalam beberapa tempat saya masih melihat beberapa alat kampanye kegiatan politik sebelumnya masih terpasang. Tanpa rasa berdosa, simpatisan atau tim sukses partai/ tokoh tersebut enggan untuk membersihkannya setelah hajatan mereka selesai atau setelah mereka mendapatkan apa yang diinginkan.

Tentu saya bersimpati dengan mereka yang berkampanye dengan cara elegan, mematuhi aturan dan menggunakan media yang telah ditentukan tanpa membuat warga jengah.

Jangankan memilihnya menjadi anggota legislatif…. melihat foto besarnya saja sudah enggan. Bagaimana menurut Anda ?

Leave a comment